Rabu, 07 November 2012

Meningkatnya Kasus Bunuh Diri

Kasus bunuh diri bukan kasus yang baru, telah banyak kasus bunuh diri yang dapat kita lihat salah satunya di media masa. Hal itu memang perlu diperhatikan.
"Kasus bunuh diri menempati satu dari 10 penyebab kematian di setiap negara," kata Ketua Lembaga Kajian dan Pencegahan Bunuh Diri (LKPBD) Kunang-kunang Al Qodir Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Wiranata Adi, di Sleman, Jumat. Menurut dia, bunuh diri merupakan satu dari tiga penyebab utama kematian pada kelompok umur 15 hingga 44 tahun dan nomor dua untuk kelompok 10 hingga 24 tahun. Ia mengatakan, WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia pada 2010
melaporkan angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa.
"Angka itu bisa jadi masih lebih besar lagi mengingat fenomena bunuh adalah ibarat gunung es, yang tampak hanya puncaknya sementara yang tertutup dan ditutupi sesungguhnya lebih besar lagi," katanya.

         Bunuh diri bukanlah suatu gangguan psikologis, tetapi sering merupakan ciri atau simtom dari gangguan psikologis yang mendasarinya, biasanya adalah gangguan mood. Berikut ini membahas sudut pandang psikologi tentang bunuh diri.
  1. Bunuh diri sebagai perwakilan dari rasa marah yang diarahkan ke dalam sehingga menyakiti diri sendiri.
  2. Kurangnya keterampilan pemecahan masalah untuk menangani tekanan hidup yang berat
  3. Bunuh diri juga dapat dimotivasi oleh harapan positif. Mereka mungkin berharap bahwa mereka akan dirindukan atau dikenang, atau bahwa orang yang hidup akan merasa bersalah karena salah memperlakukan mereka
  4. Bunuh diri juga terjadi karena sering melihat atau mengobservasi perilaku bunuh diri orang lain, terutama di kalangan remaja yang merasa terbebani oleh stresor akademik dan sosial.
  5. Penurunan aktivitas serotonin ditemukan pada banyak orang yang mencoba atau melakukan bunuh diri. Bisa juga karena faktor genetis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar