Rabu, 07 November 2012

Membuka Pintu Maaf


Dalam hidup ini tentu saja tidak selalu berjalan sesuai dengan kehendak itu. Kita adalah makhluk sosial yang artinya memerlukan orang lain. Semakin bertambah dewasa, tuntutan dari lingkungan akan semakin banyak. Tidak menutup kemungkinan kita pun mengalami permasalahan dengan orang-orang di sekitar kita. Mungkin kita pernah mengalami permasalahan yang tidak bisa kita terima sehingga kita pun menjadi menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain bahkan menyalahkan Tuhan atas peristiwa yang kita alami. Pada akhirnya kita menumpuk kebencian sehingga menjadi kepahitan dalam hati dan tidak mencoba untuk memaafkan.

Dr Hayes memberikan sebuah analogi yang baik bagi orang yang tidak memaafkan. Ia mengatakan “ orang yang tidak memaafkan, ibarat orang yang terkena sabetan clurit dari seseorang dan membawanya ke mana-mana. Karenanya, ke mana-mana pula ia tetap membawa clurit itu.”  Memaafkan adalah sebuah pilihan terbaik agar kita bisa menjadi lebih baik lagi. Banyak kasus yang bisa kita lihat di sekitar kita bahwa banyak penyakit fisik maupun mental diakibatkan karena emosi-emosi yang tidak terselesaikan dengan baik seperti kemarahan, sakit hati, kebencian, kepahitan, dan sebagainya. Kita dapat melihat kaitan antara pikiran dan tubuh dalam buku Don Colbert, MD yang berjudul “Emosi yang mematikan”. Kita pun akan tahu seberapa besar arti memaafkan bagi diri kita sendiri. Banyak cara atau terapi psikologi untuk memaafkan. Salah satunya adalah lima tahapan memaafkan yang dikemukakan oleh Catherine Morgan, yaitu sebagai berikut :
1.      Mengapa anda marah kepada seseorang?
Cari alasan sesungguhnya alasan mengapa anda marah kepada orang lain, atau kepada diri sendiri, atau kepada Tuhan.
2.   Hal yang baik
      Ingatlah semua hal-hal yang baik yang dilakukan orang tersebut. Tulislah sebanyak mungkin
3.   Seberapa saya turut menyumbang terhadap hal ini?
    Ingat dan jujurlah pada diri sendiri, apa saja pikiran-ucapan-perasaan-tindakan yang menyumbangkan kepada anda terhadap konflik bersama orang lain.
4.   Perenungan
      Renungkan tiga hal di atas.
5.   Memaafkan
      Memaafkan tidak sama dengan “melupakan. Manusia tidak bisa menghapus semua memori  atau sejarah hidup. Biarkan kemarahan itu pergi demi ketenangan pikiran dan perasaan serta untuk kesehatan.

“Saat anda memaafkan, anda tidak sedang mengubah masa lalu tapi anda yakin sedang mengubah masa depan.” Bernard Meltzer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar